![]() |
Rektor Universitas Muhammadiyah Rappang, Dr H Jamaluddin, S.Sos, M.Si |
KABARTERKINI.ONLINE -- Setiap negara dibelahan dunia sekarang sedang menaruh perhatian penuh untuk mengatasi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Ini semua dikarenakan Covid-19 yang telah menjadi pandemi bagi masyarakat di seluruh dunia dan sudah banyak menelan korban jiwa manusia.
Kini pemerintah pun mempunyai kendala yang sangat besar dalam mengatasi semuanya ini karena menyangkut dengan persoalan ekonomi, sosial kesehatan, pendidikan, keamanan dan lain-lain dalam mengatasi Covid-19.
Maka di sini diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dan warga masyarakat dalam rangka memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19 dalam skala besar dan luas sehingga virus ini tidak berdaya menyebar ke warga masyarakat lainnya, dengan menerapkan sistem ketaatan dan disiplin bagi warga itu sendiri.
Dilema ini juga berimbas ke dalam dunia pendidikan walaupun sudah ada sebuah regulasi baru yang di keluarkan oleh pemerintah, dengan pembatasan kegiatan di setiap satuan pendidikan.
Dengan sistem proses belajar mengajar di satuan pendidikan wajib mematuhi dan menaati oleh setiap warga dari satuan pendidikan di seluruh Indonesia khususnya, tetapi ini bukan berarti guru dan siswa hanya bebas belajar.
Guru dan siswa tetap harus melaksanakan pembelajaran di rumah masing-masing dengan metode daring (dalam jaringan), metode luring (jaringan luar) atau dengan media lainnya yang bisa mengakses model pembelajaran sesuai dengan aturan protokol di satuan pendidikan masing-masing.
Kebijakan pembelajaran melalui metode daring merupakan sebuah manfaat yang sangat besar bagi siswa di era teknologi digital, sehingga dapat memberi hak-hak otonomi bagi siswa agar proses belajar tetap berjalan, meskipun dalam kondisi yang sangat prihatin dalam menghadapi darurat pandemi Covid-19.
Namun demikian, masih banyak kendala yang dihadapi guru dan siswa yang muncul dalam pembelajaran metode daring yang tidak bisa dihindari.
Melihat kondisi Pendidikan Dimasa Pendemi COVID-19, Rektor Universitas Muhammadiyah Rappang, Dr H Jamaluddin, S.Sos, M.Si, angkat bicara.
Pendidikan yang kita lakukan ini bertujuan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia, Premik, Inovatif, Kooperatif dan Berdaya Saing. Dari tujuan Pendidikan ini merupakan satu kesatuan.
Kalau kita ingin mencapai semuanya, Pendidikan harus jalan dengan maksimal, tenaga pendidik, orang tua siswa harus Kreatif dan Inovatif dalam
melakukan dan melaksanakan pendidikan meskipun dengan kondisi Pandemi Covid-19.
Masa Pandemi COVID-19 saat ini belum bisa dipastikan bahwa kapan akan berakhir yang menjadi sumber masalah dibidang Pendidikan karena dapat mempengaruhi SDM.
Sementara Pendidikan ini adalah aset perusahaan meski saat pandemi COVID-19 pendidikan harus tetap berjalan.
Untuk memaksimalkan Dunia Pendidikan kita harus gunakan Open Learning Management System, (LMS) seperti yang diterapkan di UMS Rappang.
"Jadi mahasiswa kita menggabungkan Pembelajaran secara Vertual dan tatap muka dengan batasan yang ketat menggunakan protokol kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
Selebihnya kita gunakan Daring yang tidak membebani mahasiswa terutama dari sisi pulsa.
LMS ini dimanapun kita berada kita bisa kuliah. LMS ini yang kita terapkan di UMS ini kita bekerjasama dengan beberapa negara Australia, Singapore, Filipina, Malaysia, Thailand dan Indonesia. Lima negara ini mencoba berkolaborasi dengan Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar.
"Alhamdulillah UMS Rappang salah satu Perguruan Tinggi di Wilayah Ajatappareng ini diberikan kepercayaan oleh Pemerintah untuk melaksanakan Program Pertukaran Mahasiswa Transfer Screen (Permata)," kata Jamaluddin
Jamaluddin menjelaskan melalui Program LMS ini, Mahasiswa UMS bisa ambil mata kuliah dimana saja tanpa meninggalkan Tempat seperti Kampus UGM, UIT, Universitas Palembang, yang penting masuk dalam kategori program Permata.
Sekarang program ini sudah jalan, sebagian mahasiswa UMS sudah ambil Mata kuliah diluar kampus dalam rangka Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar.
Jamaluddin menjelaskan Investasi masa depan kita adalah Pendidikan, melalui dengan program ini, kita mau melihat apakah trik Label Birokrasi ditingkat bawah ini lebih banyak pelayanan Publik atau menerapkan aturan.
Keduanya harus Balance, Guru sebagai pelayan Publik ditingkat bawah, jangan sampai mau mengajar tapi karena takut dari sisi aturan di Masa Pandemi COVID-19.
"Jika guru mengajar dari rumah kerumah itu lebih efektif. Kemudian dari sisi lain ada kesadaran tenaga pendidik dalam meningkat pendidikan karena ini merupakan investasi masa depan," lanjut Jamaluddin.
Melihat dari sisi antara Pembelajaran Daring dan Tatap Muka
Pembelajaran Daring terbagi dua, yaitu pembelajaran Virtual melalui aplikasi Seperti Zoom dan semacamnya itu bisa disamakan dengan tatap muka di Ruang Belajar.
"Cuma yang berbeda ketemu melalui Media elektronik, seperti Laptop dan Smartphone,"
Kedua Pembelajaran Daring yang dapat diartikan pembelajaran melalui sistem Modul melalui LMS dan Open Learning.
Kedua metode ini, masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan kalau menggunakan metode pembelajaran melalui Aplikasi Zoom, Mahasiswa bisa kita kontrol.
Kelemahan ada pada mahasiswa karena tinggi biaya kouta yang digunakan.
Tapi kalau menggunakan LMS atau Open Learning, itu biaya dapat dijangkau Mahasiswa. Kemudian kita bisa menjamin capaian Mata kuliah (CPMK) Mahasiswa tercapai.
Melalui LMS Mahasiswa dapat di kontrol berapa persen mahasiswa belajar, kalau pembelajarannya masih 50 persen belum bisa lolos karena capaian pembelajaran melalui LMS harus 100 persen.
Dari sisi kelemahannya Mahasiswa kita tidak bisa dipantau terutama dari sisi prilakunya.
Untuk memaksimalkan ini, dibutuhkan peran orangtua dalam membimbing anak. Pemerintah, Masyarakat dan Pihak sekolah harus duduk bersama membicarakan hal ini, sehingga pendidikan dimasa pandemi COVID-19 dapat berjalan dengan baik.
Ada hal yang juga bisa kita lakukan untuk menghidupkan Pembelajaran di Dunia Pendidikan yaitu melalui Blended Learning.
Melalui Blended Learning biasanya berkisarkan dengan memasukkan media online pada program pembelajaran.
Sementara pada masa yang sama tetap memperhatikan perlunya mempertahankan pertemuan secara terbuka dan pendekatan tradisional yang lain untuk mendukung pelajar. (*)