Iklan


 

Redaksi
Rabu, 28 Oktober 2020, 11:49 WIB
Last Updated 2020-11-25T17:32:34Z
BUDAYADAERAHNEWS

7 Tujuh Sumur Bidadari di Sidrap

 


LINTASNEWS.ONLINE, SIDRAP -- Kabupaten Sidrap ternyata mempunyai situs bung Pitue atau Sumur 7 Bidadari terletak di desa Lainungan di atas perbukitan dengan titik koordinat E 03 57 269", S 119 47 394" dengan berada di ketinggian di atas permukaan laut yaitu 183 meter dari permukaan laut.


Jika di lihat dari fisiknya situs tersebut adalah mata air yang keluar dari batu gunung atau andessit sebanyak kurang lebih 18 buah, percaya atau tidak mata air tersebut bisa jadi karena kejadian alam tapi bisa juga karena bentukan makhluk apakah itu manusia atau mahkluk halus. Situs tersebut mewakili masa gaya klasik, warna dasar beberapa sumur tersebut adalah hitam, coklat, dan hijau lumut.


Kepala desa Lainungngan Andi Haruna mengatakan bahwa desa Lainungngan dahulu merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Alitta . Diperkirakan di abad ke-15 atau sekitar tahun 1400 Masehi peristiwa itu terbentuk, menurut kisah menjelaskan bahwa suatu ketika putra raja Alitta pergi mengembara untuk mengembala ternaknya di sekitar Lainungan yang dipenuhi padang ilalang yang memang sangat cocok untuk tempat mengembala ternak.

Putra raja ini terkejut melihat seberkas sinar yang muncul dari balik sebuah bukit dan berjumlah 7 sinar, karena penasaran beliau mendekati dan mengendap-ngendap untuk melihat langsung ke tempat tersebut.


Pangeran ini terkejut ternyata yang dilihatnya adalah tujuh sosok putri yang berparas sangat cantik bercahaya dan sangat menarik perhatian sedang membuat sumur mata air yang setiap putri itu membuat satu sumur sehingga berjumlah 7 buah


Belakangan pangeran tersebut sadar bahwa inilah yang disebut dengan bidadari dari kayangan. Kesempatan tersebut digunakan sebaik-baiknya oleh pangeran tersebut untuk dapat mengambil salah satu dari bidadari itu dengan mengambil baju dari salah satu bidadati tersebut yang kebetulan sementara mandi.


Singkat cerita mengatakan bahwa akhirnya bidadari yang diambil bajunya itu tidak dapat kembali kekayangan dan dipertemukan pada sang pangeran untuk dijadikan istri beliau, akhirnya bidadari tersebut akhirnya mau dipersunting pangeran dan kemudian menjadi raja di kerajaan Alitta. Dari hasil perkawinan tersebut dikaruniai seorang anak yang diberi sebutan Calabai Tungke'na Alitta.


Dari anak tersebut yang kemudian berkembangbiak menurunkan keturunan dalam keluarga besar kerajaan Alitta di wilayah Pinrang hingga di wilayah Lainungan yang salah satu keturunannya adalah kepala desa Lainungngang sekarang ini.


Sementara Kepala Seksi Cagar Budaya dan Mesium, Bactiar Said membenarkan adanya tujuh sumur tersebut. Bentuk sumur atau mata airnya tidaklah terlalu besar, hanya sebesar mangkok dengan diameter kurang lebih 20 - 30 cm dan kondisinya sekarang masih terjaga baik walaupun ditumbuhi oleh lumut karena faktor alam.


Di tempat tersebut sudah dibuatkan beberapa rumah atau gasebo untuk peristirahatan bagi orang yang akan mengunjungi dan bahkan banyak juga dijadikan tempat untuk dilaksanakannnya ritual kepercayaan baik itu dari masyarakat setempat maupun dari luar daerah.