![]() |
Bongkahan batu besar menyerupai badan kerbau dan semua batu nisannya berbentuk menhir atau tugu batu yang belum terpahat. |
LINTASNEWS.ONLINE, SIDRAP -- Peradaban yang mirip dengan peradaban zaman Megalithikum atau zaman batu besar yang banyak dijumpai dibeberapa daerah, ternyata dapat kita jumpai diwilayah kita, contohnya yaitu Situs Batu Tedong dan kompleks pemakaman tua Pammase Tau yang terletak di di desa Cenrana Bilokka, Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidrap.
Bendanya berupa bongkahan batu besar menyerupai badan kerbau dan semua batu nisannya berbentuk menhir atau tugu batu yang belum terpahat, ini pertanda bahwa prilaku manusianya masih belum mengenal pahatan atau sama dengan zaman pra sejarah.
Kepala Seksi Cagar Budaya, Bactiar mengatakan Pendataan dan penelitian pada situs ini dilaksanakan pada bulan juni tahun 2014 silam yang mana Kebudayaan pada masa itu masih tergabung pada Dinas Porabudpar dalam rangka melaksanakan program Registrasi Cagar Budaya Nasional yang dilaksanakan diseluruh kabupaten kota dan propinsi.
Sepeti Makam Tua Pammase Tau berbentuk Batu Menhir dan persegi panjang. Batu Nisan Menhir Pammase Tau berjumlah 1 buah dan terdapat pula beberapa makam Menhir dalam satu tempat.
Menhir tersebut berwarna dasar Abu-abu dan hitam dengan mewakili masa gaya pra Islam dengan kondisi yang terawat baik, ukuran makam Pammase tau adalah panjang 120 cm, lebar 38 cm, tinggi 120 cm dan diameter 20 cm dengan orientasi arah makam menghadap barat ke timur.
Makam tersebut sebelumnya terletak di luar ruangan kemudian beberapa tahun kemudian makam tersebut di buatkan ruang dalam rumah beton berbentuk persegi empat beratap seng dan terdapat dua makam yang berbentuk menhir pula yang konon kabarnya dua batu menhir itu adalah istri dan kerabatnya, kemudian dibahagian pintu masuk ruangan itu terdapat dua makam mmenhir yang merupakan pengawal beliau.
Makam Pammase Tau terbuat dari bahan dasar dari batu padas. Makam Pammase Tau terletak di dalam kompleks perkuburan tua dengan jumlah makam kurang lebih 30 makam yang semuanya berbentuk menhir dan terletak di atas bukit di Desa Cenrana Kecamatan Panca Lautang Kakbupaten Sidrap Propinsi Sulawesi-Selatan dengan ketinggian diatas permukaan laut kurang lebih 100 meter dengan luas wilayah sekitar 550 m2 dan berada di titik koordinat S 04,06 374, E 119, 82 230.
Diluar pekarangan makam tersebut terdapat beberapa rumah-rumah miniatur yang di buat oleh para pesiarah yang bertujuan sebagai nazar bagi mereka yang telah melaksanakan hajatnya dalam menempuh cita-cita dalam hidupnya yang masih percaya kepada arwah leluhur, animisme dan dinamisme.
Pesiarah makam tersebut kebanyakan dari kelompok masyarakat kepercayaan Tolotang yang berdiam di Wilayah Sidrap dan masyarakat sekitarnya dan dari luar daerah.
Menurut cerita dari masyarakat setempat dan penjaga kompleks makam tua tersebut, Pammase Tau atau orang yang diberkati adalah seorang musyafir yang melakukan perjalanan beserta rombongan ke suatu tempat untuk suatu tujuan tertentu atau mencari daerah yang baru dan akhirnya mereka tiba di wilayah Bilokka tepatnya di desa Cenrana, daerah yang mereka bermukim sampai akhir hayatnya.
Konon kabarnya Pammase Tau begitu sebutannya yang nama aslinya adalah Lamende Daeng Masikki adalah bangsawan kerajabat kerajaan dari daerah Pacceke Barru. Setibanya di daerah Bilokka mereka tinggal menetap, bercocok tanam, beternak dan lainnya untuk kebutuhan hidup dan kehidupan mereka.
Salah satu ternak dari Pammase Tau yaitu kerbau yang konon kabarnya kerbau tersebut kemudian berubah menjadi batu yang di kenal dengan batu tedong atau batu kerbau yang letaknya di sebelah kanan makam Pammase tau tersebut.
Situs Batu Tedong atau Batu Kerbau ini berbentuk persegi empat lonjong dan
menghampiri bentuk bundar.
Posisi Situs atau orientasi Batu Tedong tersebut menghadap dari timur ke barat dengan ukuran situs tersebut adalah panjang 2 meter, lebar 1,1 meter dan tinggi 90 Cm.
Bentuk Situs Batu Tedong ini menyerupai gaya zaman megalitik yang menampakkan benda dan bangunan batu besar, tetapi situs tersebut bukanlah benda zaman megalitik.
Situs Batu Tedong ini berada di ketinggian sekitar 100 meter di atas permukaan laut dengan luas areal situs 550 m2.
Usia Situs Batu tedong ini diperkirakan kurang lebih sekitar 400 tahun yang lalu dan bahan dasar batu tedong tersebut adalah batu padas.
Warna Situs Batu Tedong ini adalah biru ke abu-abuan dan hitam. Letak Situs ini adalah berada di atas perbukitan tepatnya di desa Cenrana kecamatan Panca lautang Kabupaten sidrap Propinsi Sulawesi-Selatan.
Latar Sejarah Situs Batu Tedong ini menurut cerita masyarakat setempat adalah penjelmaan Kerbau yang kemudian berubah wujud menjadi batu seperti yang sekarang ini.
Batu Tedong ini konon kabarnya adalah kerbau milik Pammase tau sebagai ternak kesayangannya yang digembalakan di bukit tersebut selama beberapa tahun lamanya.
Selama ini belum ada sumber yang jelas untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian Situs Batu Tedong ini yang ada hanya sumber cerita atau mitologi yang lahir dari dari masyarakat dan penjaga makam tersebut.
Kenyataan sekarang di daerah tersebut Situs Batu Tedong ini menjadi tempat ziarah penduduk sekaligus sebagai tempat yang di sakralkan dan sebagai tempat pemujaan masyarakat terutama masyarakat yang masih menganut aliran kepercayaan Tolotang yang ada di wilayah Sidenreng ini. (*)