LINTASNEWS.ONLINE, SIDRAP -- Semenjak Covid-19 menyebar sejak bulan Maret 2020 lalu kini telah terbentuk Relawan yang tergabung dalam Komando Pasukan Pemakaman (Kopaskam) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidrap.
Pasukan yang terbentuk sejak Desember 2020 kemarin memiliki suka duka dalam menjalankan Misi kemanusiaan memakamkan jenazah pasien Covid-19.
Awalnya Tim Reaksi Cepat (TRC) Kopaskam yang berjumlah kurang lebih 20 Orang, awalnya dalam melaksanakan tugas Pemakaman Jenazah Covid-19 merasa takut, karena sudah terbiasa mereka sudah mengikhlaskan diri dan berani ambil risiko tugas mulia ini.
Rasa waswas sempat menghinggapi 20 orang itu ketika dia ditunjuk atasannya menjadi anggota tim pemakaman pasien suspek dan positif Covid-19.
Namun, demi kemanusiaan dia memantapkan diri mengambil dan menjadi tugas mulia ini.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sidrap, Hasanuddin mengatakan Tim Reaksi Cepat (TRC) Kopaskam sebelum melakukan tugas mereka mengikuti pelatihan.
Beberapa bulan setelah itu, tim mendapat tugas memakamkan pasien Covid-19 pertama di Pitu Riase. Hingga saat timhl tersebut sudah 12 kali memakamkan pasien dengan protokol Covid-19.
Hasanuddin mengaku, saat kali pertama kali timnya menguburkan jenazah dengan protokol kesehatan ada rasa takut. Namun, seiring perjalanan waktu timnya mengaku sudah biasa.
Prosedur yang wajib dipatuhi saat memakamkan jenazah pasien Covid-19 adalah terpasangnya alat pelindung diri (APD) lengkap.
Mulai dari hazmat, kacamata Google, hingga sarung tangan dan sepatu boots. Termasuk masker N95 dilapisi dengan masker medis.
“Jangan ditanya seperti apa beratnya bernapas. Karena semua serba rapat,” ujarnya.
Menurutnya yang paling berat saat memakamkan jenazah pasien Covid-19 adalah bernapas. Sebab, masker yang dipakai harus melekat ketat.
“Pernah juga kami memakamkan pasien Covid-19 dalam kondisi hujan. Saat masker terkena air hujan lebih sulit untuk bernapas,” ujarnya.
Timnya juga sudah berkoordinasi, saat ada yang merasa kelelahan jangan sampai memaksakan diri. Apalagi hingga pingsan di area pemakaman karena kelelahan, yang akan membuat semakin repot. Maka, bila sudah tidak kuat, mereka minta digantikan oleh anggota lain.
Biasanya, tim pemakaman terdiri dari tiga belas orang. Enam orang bertugas menggotong peti dengan tandu dan menurunkan peti empat orang hingga proses pemakaman.
Kemudian dua bertugas menyemprot disinfektan, dan satu lagi bertugas mendokumentasikan kegiatan. Tentunya saling bertukar tugas saat ada yang merasa lelah.
Siara Barang yang menjabat sebagai kepala pelaksana BPBD Sidrap juga tidak segan ikut turun langsung dalam proses pemakaman pasien Covid-19.
Dia mengingatkan, supaya teman-teman tetap waspada. APD harus digunakan terus. (red)