
Sebuah Sumbang Saran Salah Satu Orang Tua Santri Buat Peserta Muktamar As'adiyah XV
Oleh : Dr. Wahidin Ar Raffany, MA
Fakta sejarah mencatat bahwa As'adiyah merupakan Pesantren terbesar dan tertua di Sulawesi Selatan.
Berawal dari Madrasai Arabiyah Islam (MAI) yang didirikan dan dibina langsung oleh Al Allamah A.G. KH. As'ad kemudian sepeninggal beliau bermetamorfosa menjadi Pesantren As'adiyah dan saat ini memperlihatkan kemajuan pesat.
Para alumni MAI dan Pesantren As'adiyah pun bertebaran ke berbagai pelosok negeri membuka lembaga pendidikan pesantren sekaligus menjadi cabang As'adiyah di berbagai daerah khususnya di Sulsel.
Dengan tersebarnya Cabang As'adiyah di hampir seluruh pelosok negeri pun merubah wajah As'adiyah tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi juga telah menjadi Ormas Keagamaan yang besar dengan berbasis Pesantren.
Salah satu kebesaran As'adiyah terlihat secara khusus pada penghujung tahun ini dengan hadirnya RI 2 (Almukarram KH. Maruf Amin) membuka secara resmi pagelaran akbar ini dan bersilaturahmi dengan para ulama yang lahir dari rahim As'adiyah. Dan tidak salah kiranya jika kita mengatakan bahwa kebesaran As'adiyah adalah salah satu barometer kekuatan Islam Indonesia khususnya Sulawesi Selatan.
Tapi dibalik kebesaran itu terselip sebuah tantangan yang cukup besar sekaligus menjadi harapan para stake holder As'adiyah bahwa masih mungkinkah As'adiyah melahirkan ulama-ulama yang memiliki karamah luar biasa seperti AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle, AG. KH. Abd. Muin Yusuf, AG.KH. Daud Ismail, AG. KH. Yunus Martang, AG. KH. Abd. Malik Muhammad dan lainnya di masa depan ?
Diantara karamah yang biasa disaksikan para murid langsung para Anregurutta tersebut di atas antara lain, tidak terkena air hujan disaat hujan deras ketika dalam perjalanan mengisi ta'lim saat mereka mengendarai srpeda motor. Mereka juga bisa memperpendek waktu yang bisa ditempuh 8 jam menjadi 2 atau 3 jam dan masih banyak karamah lainnya.
Dengan penuh semangat optimisme saya katakan masih mungkin sepanjang ada upaya ke arah tersebut. Dengan modal SDM yang luar biasa, saya percaya As'adiyah akan mampu menjawab tantangan tersebut dengan beberapa catatan.
Pertama, As'adiyah memiliki keberanian dalam menggali kembali kitab-kitab tasawuf yang telah ditinggalkan para Anregurutta untuk menjadikannya sebagai materi pokok pembelajaran pada santri-santri khawas yang dianggap telah memiliki pengetahuan dan pengamalan syariah yang baik.
Kedua, ulama As'adiyah yang telah mumpuni kedalaman ilmu serta kearifannya menjadi semacam mursyid bagi para santri yang dianggap telah memiliki pengetahuan dan pengamalan syariah yang baik. Jika kita mengamati sepak terjang beberapa tokoh ulama yang dimiliki As'adiyah saat ini, ada beberapa nama yang saya anggap layak dijadikan mursyid tapi saya tidak berani menyebutkannya secara fulgar dengan alasan tidak etis dan nanti dikira mengkampanyekan salah satu kandidat. Dan tentunya Itu lebih tidak etis lagi.
Menurut hemat saya, 2 catatan tersebut diatas yang perlu menjadi pembahasan utama para muktamirin disamping membincang siapa lagi ulama yang akan menjadi nakhoda PP As'adiyah selanjutnya.
Selamat bermuktamar. Semoga As'adiyah semakin maju dan berkembang sehingga mampu semakin berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang tangguh dan bermartabat dengan nilai-nilai washatiyahnya.
Billahi Taufik Wassa'adah.
Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamit Tharieq
Sidrap, 2 Nopember 2022.