Iklan


 

Rabu, 21 Desember 2022, 10:01 WIB
Last Updated 2022-12-21T05:11:13Z
OPINI

Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan


PERANAN raja-raja Islam dalam mengembangkan syi'ar agama dan pendidikan islam sangat besar, khususnya kerajaan Wajo dan Bone. 

Ketika Kerajaan Wajo diperintah oleh La Mannang Toapamadeng Puangna Raden Galla, Arung Matowa Ke-40 yang berkuasa pada tahun 1821-1825.

Selanjutnya ketika La Oddang Datu Larompong, Arung Matowa Wajo ke-47, memerintah Wajo dari tahun 1926-1933. Beliau memiliki pengetahuan agama yang dalam karena sejak kecil di didik oleh orang tuannya dalam masalah keagamaan.
 
Salah seorang Ulama yang sangat besar peranannya dalam pengembangan pendidikan islam di sulawesi selatan adalah Haji Muhammad As’ad bin Haji Abdur Rasyid Al-Bugisy yang lahir di Mekkah pada tanggal 12 Rabiustsani 1326 Hijriyah atau tahun 1907 Miladiyah.

Pada raja dan pembesar Zelfbestuur tetap mempunyai hak usaha atas tanah atau persawahan yang disebut tanah Arajang atau Kalompoang, yang pada masa lalu merupakan sumber pembiayaan hidup mereka. 

Disamping penghasilan tersebut yang ditetapkan dengan Surat Keputusan G.C Hindia Belanda (Mattulada, 1995:466).

Tahun 1928, ketika berusia 21 tahun Haji Muhammad As'ad kembali ke tanah leluhurnya di negeri Wajo. Setiba di Sulawesi Selatan beliau melihat berbagai praktek-praktek dalam masyarakat yang sangat bertentangan dengan akidah Islam, seperti penyembahan berhala dan pemberian sesajen kepada benda-benda yang dikeramatkan.

Ainul Amalia
Fatmawati
Mahasiswa PRODI PIAUD Semester 1
STAI DDI Pangkajene Sidrap